Amortisasi Peran Akuntansi Konvensional
Dunia politik mengenal istilah social contact sebagai sebuah perjanjian antara penguasa (pemerintah) dalam menjalankan tugasnya dengan masyarakat. Hal ini sebenarnya dapat pula dilakukan oleh para akuntan, mereka berjanji untuk melakukan tugasnya sesuai dengan landasan moral dan bekerja sepenuh hati untuk menjaga martabat profesinya.
Para pemerhati akuntansi menginginkan adanya revolusi masif terhadap akuntansi. Diantara tokoh tersebut adalah Bruce Lev, perkembangan akuntansi menurutnya tidak sejalan dengan perkembangan industri saat ini, dimana pencatatan hanya terbatas pada aktiva berwujud saja sedangkan saat ini banyak aktiva tidak berwujud yang justru dimiliki industri-industri, antara lain paten, goodwill, software dan website. Hal ini dianggap sebagai kelemahan akuntansi konvensional, dimana pencatatan hanya terbatas pada penghitungan material.
Truebold Commitee dalam Harahap dalam Dahnil A Simanjutak menyatakan kritik terhadap akuntansi konvensional diantaranya:
1. Akuntansi hanya menyangkut laporan historis sehingga tidak dapat menggambarkan secara eksplisit prospek masa depan.
2. Angka-angka akuntansi umumnya didasarkan pada hasil transaksi pertukaran sehingga hanya menggambarkan nilai pada saat itu.
3. Dalam akuntansi sering digunakan metode dari beberapa metode yang sama-sama diterima yang menghasilkan laporan dan informasi berbeda.
4. Akuntansi menekankan pada laporan keuangan yang bersifat umum yang dapat digunakan semua pihak. Sehingga terpaksa selalu memperhatikan semua pihak padahal pemakaiannya yang sebenarnya memiliki perbedaan kepentingan.
5. Angka-angka disatu laporan berkaitan dengan angka-angka dilaporan lainnya.
6. Diakui bahwa laporan keuangan yang sekarang tidak menggambarkan likuiditas dan arus kas.
7. Perubahan dalam daya beli uang jelas ada, namun hal ini tidak tergambarkan dalam laporan keuangan.
8. Konsep materiality merupakan konsep pelaporan. Batasan terhadap istilah ini agak abu-abu.
Kritik pedas yang muncul menunjukan bahwa akuntansi konvensional harus mengalami renovasi konstruktif, karena bila tidak maka eksistensi akuntansi konvensional akan terancam dikarenakan tidak mampu menjawab tantangan-tantangan yang muncul sebagai imbas perkembangan jaman. Sejalan dengan ini Bruche Lev mengatakan bahwa akuntan bukan a good eyesight. Menurut Lev para akuntan masih menggunakan kacamata lensa lama yang tidak dapat melihat situasi ekonomi yang baru. Sejatinya perubahan adalah sesuatu yang pasti akan terjadi oleh karena itu keterbatasan akuntansi konvensional menunjukan bahwa akuntansi sebagai ilmu harus terus berkembang agar dapat “melayani” kebutuhan perkembangan ekonomi yang terus berubah.
Over Value Akuntansi Islam
Akuntansi konvensional lahir dalam lingkup kapitalis sehingga dasar yang digunakan adalah semata-mata rasio tanpa mempertimbangkan sisi teologis. Sesuai dengan perkembangannya ternyata hal ini tidak sejalan karena tidak mampu menjawab kebutuhan moral yang dewasa ini sangat dibutuhkan. Penyajian laporan keuangan misalnya, dibuat sedemikian rupa agar mencerminkan kebutuhan dan kepentingan stockholder. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Karl Max bahwa akuntansi kapitalis hanya merupakan legalisasi kaum kapitalis untuk tetap eksis.
Dalam perkembangannya akuntansi konvensional mendapat tantangan serius dari akuntansi islam. Praktik akuntansi sudah sangat lama ada di kalangan bangsa Arab kuno. Pada jaman Rasulullah saw berdasarkan firman Alloh SWT, Rasulullah berusaha untuk membersihkan praktik keuangan yang bebas dari unsur riba, monopoli, perjudian, pemerasan, dan segala praktik yang hanya menguntungkan satu pihak.
Akuntansi merupakan bagian dari ajaran Islam, penambahan kata islam dalam ilmu akuntansi bukan karena saat ini label islam sedang laris manis “dijual”. Namun, kata islam menegaskan pada masyarakat sekuler bahwa ilmu akuntansi islam dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip ketauhidan. Eksistensi akuntansi islam menegaskan betapa kaya universalitas islam. Islam tidak hanya agama yang mengatur hubungan individu dengan Alloh SWT, akan tetapi menjelaskan dan memberi penerangan bagaimana seharusnya manusia menjalani hidupnya di dunia.
Perspektif akuntansi islam tidak hanya menempatkan akuntansi sebagai ilmu merekayasa angka, namun melihat akuntansi dari sisi pemahaman teologis. Hendriksen (1992) menyatakan bahwa lingkungan merupakan faktor paling penting dalam mempengaruhi perkembangan dan perumusan teori. Lingkungan kapitalis akan melahirkan teori akuntansi kapitalis sekuler, dan lingkungan islam seharusnya dapat melahirkan teori akuntansi islam. Akuntansi tidak dapat dipisahkan dari akuntan, masyarakat, karena merupakan hasil dari interaksi sosial. Politik, hukum, budaya merupakan realitas sosial yang mempengaruhi teori akuntansi. Realitas lembaga keuangan islam menunjukan bahwa islam tidak hanya mengatur masalah kepentingan bisnis namun ada unsur tenggang rasa sosial (zakat).
Dekonstruksi teori akuntansi konvensional harus memberikan semangat bagi pecinta akuntansi untuk merokunstruksinya menjadi akuntansi islam yang positif dengan membuang praktik-praktik yang tidak sesuai ajaran islam, mempertahankan nilai dan praktik yang sesuai ajaran islam serta memperbaiki kekurangan yang ada. Hal ini akan membutuhkan waktu yang lama, akan tetapi semangat perbaikan akan membawa hasil yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hendriksen, E.S dan M.F, Van Breda, 1992, Accounting Theory, 5th Edition, Homewood Illinois:Irwin.
http://www.blogger.com/ Dahnil A Simanjuntak :Perumusan Teori Akuntansi Islam,2007
Gozali, Imam dan Chariri, Anis, 2003, Teori Akuntansi, Semarang: Universitas Diponegoro
DEKONSTRUKSI TEORI AKUNTANSI KONVENSIONAL
Minggu, 09 Agustus 2009Diposting oleh ^TamA^rOseTa^ di 12.52
Label: Akuntansi Syariah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar